Rabu, 29 Februari 2012

Tangis



Pagi buta udara masih dingin terasa, apalagi semalam habis turun hujan. Aku masih enggan untuk turun dari ranjangku, pagi ini rasanya aku malas sekali bangun. Padahal sudah dari tadi aku terjaga, aku tidak benar-benar tertidur tapi juga tidak sepenuhnya sadar. Mataku terasa berat tergelayuti oleh rasa kantuk dan tubuh ini kaku hingga aku tak dapat menggerakkannya.

Aku mendengar seseorang perlahan masuk ke kamarku. Ia memanggil namaku sekali...
"ta, bangun ta" 
Aku tak bergeming dan masih saja meneruskan tidurku. 

Sayup-sayup aku mendengar suara tirai terbuka dan sinar matahari menyeruak masuk ke suluruh ruangan itu melalui kaca jendela.

"ta....bangun, udah siang loh",suara itu kembali mengusikku di susul dengan sedikit guncangan lembut di bahuku.
Aku menggeliat kecil dan perlahan membuka mataku yang masih terasa mengantuk.
"hey...bangun, kamu kenapa",suara itu kembali menggema.
Aku mengerjapkan mata, sekuat tenaga kubuka mataku demi melawan kantuk ini.
"Lia....",satu kata yang kulontarkan ketika melihat sosok perempuan cantik sudah berada di hdapanku. Dia adalah sahabat sekaligus partenr kerjaku yang ikut membesarkan butik ini.
"hey...kamu kenapa tidur disini?",ujarnya.
Aku baru sadar bahwa aku sedang tidak berada di kamarku tapi di ruangan kerjaku.
"astaga....aku ketiduran disini",ucapku. Aku mencoba mengingat kejadian kemarin sore. Tentang hujan dan kamu.
"ada apa ta?",ujar lia kebingungan melihat wajahku yang aneh mungkin.
"aku habis ketemu sama rico",jawabku sambil bangkit dari sofa bludru merah tempatku tertidur.
"Rico....lantas?",ucapan lia sedikit menggantung.
"bukan rico anak ku tapi ayahnya rico",ujarku menguncangkan bahu sahabatku itu.
"what.....ayahnya rico!!!!dimana?kapan?terus gimana....",lia terkejut mendengar ujaranku itu. Ya, mungkin sama terkejutnya dengan aku sore kemarin. 

"sore kemarin.  dia pengantin prianya Zen klien kita",jawabku menjelaskan.
"what....Zen?",kali ini lia lebih terkejut lagi. Ia masih belum bisa mempercayai perkataanku. Bahkan sampai sekarangpun aku masih belum juga percaya kembali bertemu dengan rico.
"iya...Zen akan menikah dengan rico",jawabku berusaha meyakinkannya.
"oh my god...terus?sekarang apa yang akan kamu lakukan ta",ucap lia mondar-mandir di hadapanku.
Huff.....aku menghempaskan nafasku dalam-dalam "aku masih belum siap ketemu sama dia ya",ujarku.
"aku ngerti gimana perasaanmu kok ta",ucap lia menatap mataku. "ya udah sekarang kamu pulang aja ya, istirahat. hari ini biar aku aja yang handle kerjaan",lanjutnya memberikanku semangat lewat sentuhan tangannya.
"oke ya...makasih ya",ujarku beranjak dari sofaku "aku cuman butuh untuk mandi dan ketemu pangeran kecilku, setelah itu aku balik ke butik lagi kok", lanjutku dan tersnyum pada lia. Hanya senyum itulah yang menjadi kekuatanku saat ini.
 
***
Aku bergidik usai menonton berita di TV siang itu perihal hujan ekstrim yang tengah melanda di berbagai daerah khusunya di Indonesia. Banyak korban dalam musibah ini, tak mengenal usia, tua maupun muda. Aku jadi teringat akan pangeran kecilku. Ia selalu mencintai hujan. Katanya ",sensasi hujan itu menyenangkan mommy, jadi ijinkan aku untuk bermain-main dibawah rinai nya ya? " . Selalu begitu katanya, membujukku agar dibolehin hujan-hujanan. Kalau sudah begitu ia kan berlari ke belakangan rumah. Bak penari hujan berlarian kesana kemari. 
"Ah, kamu selalu membuat mommy tersenyum",ucapku lalu beranjak pergi ke sekolah rico untuk menjemputnya.

Bahagianya melihat senyum dan mata rico yang berbinar-binar ketika melihatku sudah ada untuk menjemput dirinya. Allhamdullilah, ini adalah hadiah terindah yang pernah Allah SWT hadiahkan untukku.

"mommy",teriaknya lalu berhambur ke pelukannku.

Di sepanjang perjalanan menuju butik aku berbincang dengan rico. Menanyakan apakah ada PR hari ini dan belajar apa saja di sekolah. Tak lupa aku mengingatkannya agar berhati-hati saat bermain hujan di belakang rumah.
"oke mommy, dont worry, aku akan slalu berhati-hati", begitu jawabnya sembari tersnyum padaku.

Syukurlah dia mengerti akan nasehatku. 

***
Beep beep Blackbery ku berbunyi saat aku baru keluar dari mobilku. Ku lirik sekilas dilayar ponselku tertera sebuah nama "Zen Klien".

"halo Zen",ucapku setelah memencet tombol hijau di ponselku.

Tak ada suara, hanya terdengar kegaduhan lalu lintas di seberang sana.

"Zen...Zen",panggilku.

"Ha...halo, ini gue rico",suara itu bagiku begitu dasyat. Sedasyat suara petir yang menggelegar di kala hujan turun.

Aku menarik napas pelan-pelan dan menghempaskannya pula secara perlahan. Aku harus bisa menghadapinya dengan tenang.

"iya, ada apa rico",jawabku 

"Sepertinya gue perlu bicara dengan loe ta",ucapnya setelah sekian detik hening.

"Oh bisa ko, dimana?sama Zen juga khan?",jawabku masih terlihat mengusai diri.

"pliss... ta, jangan pura-pura baru mengenal gue ",teriak pria itu. "gue mau bicara tentang kita",ujarnya menggores luka lama dihatiku.

"Kita katamu?bukankah kita sudah usai",ujarku dengan segenap hati mengumpulkan sebuah keyakinan bahwa aku tak lagi membutuhkan dia dalam hidupku. "tak ada waktu untuk membicarkan itu rico".

 Lalu rico memohon

"ta..pliss kasih kesempatan sekali ini aja, gue tunggu loe di cafe bamboo jam delapan malam ini",

Kesempatan katamu?bertahun-tahun lalu sudah kuberikan kesempatan itu untukmu tapi kamu melewatkannya, bertahun-tahun aku menangis untuk sebuah permohonanmu itu. 
Maaf ko, kali ini kesempatan itu sudah tertutup rapat-rapat untukmu.  

"maaf, gue nggak ada waktu",tolakku.

"gue tetep aku nunggu loe",ujarnya lalu mengakhiri pembicaraan.
 

Hatiku sakit, terlampau sakit rico. Dan gerimispun membasahi pipiku.

"Mommy....mommy nangis?",ucap rico mengagetkanku.

Rico, Oh, tidak!!! kumohon aku tak ingin mempertontonkan air mata ini padanya. Baguslah,  hujan menyelamatkan aku dari situasi ini. Dan kusembunyikan tangisku dibalik hujan siang ini.

"nggak kok sayang, ini hanya air hujan so dont worry sayang",ujarku. Lalu menatap cakrawala yang tertutup awan hitam pekat.  


Cerita sebelumnya: 

Hujan Sore Ini dan Kamu  dan Kenangan






 #dipersembahkan untuk penari hujan dan rianai hujan.



0 komentar:

Posting Komentar