Sabtu, 27 April 2013

Tentang Kematian




 Lagi-lagi banyak mendapat pelajaran berharga dari Allah SWT. Amien.
Satu per satu orang-orang yang kukenal tlah pergi di jemput sang malaikat, yaitu malaikat Izrail. Nadi tlah tandas, ruh dan jasadnya terpisah, sehingga yang tersisa hanyalah seonggok daging tak berarti. Kehadirannya pada beberapa orang yang kukenal seperti Ustad Jeffry Al Buqhori sempat membuatku terhenyak saat memaknai kehadiran malaikat Izrail tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Ustad yang biasa di sapa dengan sebutan UJE tersebut kabarnya meninggal karena kecelakaan tunggal saat mengendari sepeda motor di daerah pondok indah, Jakarta. Ustad UJE meninggal di usianya yang terbilang masih muda yaitu 40 tahun. Banyak sekali pelayat yang mengiringi jenasah ustad UJE ke peristirahatanya yang terakhir, seperti menunjukkan betapa beliau meninggalkan arti yang begitu dalam di hati para pelayat.

Dan orang lain yang kukenal baru saja di jemput oleh sang malaikat adalah adek perempuan temanku waktu kuliah. Usianya masih sangat belia malah, sekitar dua puluhan. Dia meninggal karena adanya pembengkakan jantung akibat kehamilan anaknya yang pertama, perempuan, yang sekarang berusia 18 bulan. 

Kematian adalah rahasia Allah SWT dan tak ada satupun makhluk di bumi ini yang mengetahui kapan dia akan mati. Dalam kitab suci Al-Quran disebutkan bahwa setiap mahkluk hidup pasti akan mati. Permasalahanya, kita tak pernah tahu kapan kematian menghampiri kita. Ia datang tanpa permisi. Hendaknya kejadian ini dapat memberikan pelajaran kepada kita yang masih di beri kesempatan hidup agar selalu meningkatkan ibadah dan amalan baik kita. Tetap mawas diri dan mempersiapkan kematian (bekal) lahir dan batin. 




Salam Hangat
Strawberry 




Jumat, 19 April 2013

Turning Tables







Close enough to start a war
All that I have is on the floor
God only knows what we're fighting for
All that I say, you always say more

Ratih membuka matanya. Ia mendapati dirinya terkulai lemah di ranjang, di sebuah ruangan serba putih. Tubuhnya terasa kaku dan dilihatnya jarum infuse menempel di tangan kanannya. Entah bagaimana Ia bisa berada di sini. Ia hanya ingat pada malam mengerikan itu. Malam penuh kemarahan dari suaramu. Kau cemburu, karena Raihan, partner kerjaku, mengantarkan aku pulang malam itu. Pertengkaranpun pecah, aku berusaha memberikan penjelasan, namun kau tak mempercayaiku. Dan kau bilang aku tak menjaga perasaanmu. Lantas, kutanya padamu, apa Kau juga menjaga perasaanku kala itu?.

I can't keep up with your turning tables
Under your thumb, I can't breathe

Kau memang pandai memutar balikkan keadaan. Kau berkata seolah-olah kau lakukan ini demi cinta. Habis sudah tubuhku kau hujani dengan tendangan mautmu. Entah, setan apa yang merasukimu, hingga kau tega berbuat ini padaku, seseorang yang katanya kau cinta. Sungguh aku tak sanggup lagi hidup di bawah tekananmu. 

Ratih bangkit dari ranjangnya, Ia sedikit meringis, tubuhnya masih sakit akibat pukulan itu, meski rasa sakit di tubuhnya ini tak sebanding bila di bandingkan dengan rasa sakit di hatinya. Ia mengingat lagi kejadian malam itu. Ada air mata yang keluar dari liangnya.

“Harusnya aku tak pernah mengenalmu, Remi.” Teriak Ratih histeris. “Ternyata mencintaimu menyakitiku” Isaknya. 

Ini bukan kali pertama, tapi sudah berulang kali, tak bisa di hitung dengan jari. Dan sayangnya aku tak pernah menyadari kebodohanku itu. Selalu, tak bisa berbuat apa-apa untuk melawanmu.
 “Terkadang kau bisa bersikap semanis madu padaku, namun sesaat kau bisa berubah menjadi sepahit empedu. Entah, Kau anggap aku ini siapa?”.
So I won't let you close enough to hurt me
No, I won't ask you, you to just desert me
I can't give you what you think you gave me
It's time to say goodbye to turning tables, to turning table

Hari ini aku memutuskan sesuatu yang tidak pernah berani aku lakukan. Sesuatu yang slalu kujaga karena aku menghargaimu sebagai bagian dari hidupku. Semua ada batasnya, begitupun denganku. Usai sudah batas kesabaranku. Batas penantianku untuk perubahan sikapmu. Dan batas atas rasa kesakitan yang aku rasakan. Aku tak akan melakukan hal bodoh dengan memberikan hatiku untuk kau sakiti. Dan Inilah saat nya aku untuk mengakhiri semua. Pergi meninggalkanmu. 


Under haunted skies I see
Where love is lost, your ghost is found
I've braved a hundred storms to leave you
As hard as you try, no, I will never be knocked down
I can't keep up with your turning tables
Under your thumb, I can't breathe

Sulit. Ini akan menjadi hari-hari yang kelabu bagiku. Biasa hidup denganmu tapi kini harus tanpamu. Badai pasti berlalu. Dan aku harus menghadapinya seorang diri. Sekeras kau mencoba kembali padaku, tak menyurutkan niatku untuk pergi meninggalkanmu. Sekali lagi kukatakan padamu, aku tak bisa hidup di bawah tekananmu.

Next time I'll be braver, I'll be my own savior
When the thumb that cost me
Next time I'll be braver, I'll be my own savior
Standing on my own two feet

Kurasa kebodohan ini harus segera di akhiri. Aku harus lebih berani, dan menjadi penolong bagi diriku sendiri. Tak peduli apapun itu, aku harus bisa berdiri sendiri,  di atas kedua kakiku.

I won't let you close enough to hurt me, no
I won't ask you, you to just desert me
I can't give you what you think you gave me
It's time to say goodbye to turning tables, to turning tables
Turning tables, yeah, turning

Sekali lagi kukatakan, sudah saatnya kita berakhir.



Rabu, 10 April 2013

Pulang





Another summer day, Has come and gone away

In Paris and Rome

But I wanna go home   ……

 May be surrounded by, A million people I

Still feel all alone, I just wanna go home

Oh, I miss you, you know 

(Home – Michel Buble)


Michel Buble dengan lagunya yang berjudul “Home” mengalun pelan dari I pod ku  pada perjalanan menuju pulang.  Yeah, aku memang ingin pulang, kembali ke kotamu. Kota kenangan kita. Tempat cerita manis dan pahit tercipta. Kota yang sangat kamu cintai, begitupun aku.
“Aku merindukanmu gadisku. Bisakah kita bertemu lagi?”.
Sore ini, kotamu sedang di guyur hujan deras, biar saja, aku ingin bermain-main dengan hujan, menyusuri jejak-jejak kita yang tersebar di setiap sudut kotamu. Oh ya, kamu masih ingat tidak?, pada sebuah tempat yang sering kita singgahi ketika hujan berjatuhan. Ya, kedai kopi itu, kedai kopi yang letaknya tak jauh dari sekolah kita dulu, Kau selalu mengajakku kesana ketika hujan untuk sekedar menikmati secangkir kopi sambil memandangi hujan. Aku juga masih ingat, kau selalu memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela kaca agar kau bisa memandangi hujan sepuasnya.  Kau memang penggila hujan paling gila yang pernah ku kenal.
Gara-gara kegilaanmu itu, kau pernah membuatku takut. Saat itu hari pengumuman kelulusan ujian SMU, nilaimu tertinggi di sekolah dan kau sangat bahagia hari itu. Saking bahagianya, kau mengajakku untuk bermain hujan siang itu. Menari-nari di bawah rinainya, tak peduli gemetaran juga kerut dan pucat di kulitmu.
Kau bilang padaku “ Aku hanya ingin bermain hujan, membagi bahagiaku dengannya.”
Keesokan harinya, kau sakit. Badanmu demam dan mengigil, mungkin karena terlalu lama bermain hujan.  Semalaman aku menungguimu, mengurus dan merawatmu. Aku benar-benar takut malam itu. Takut terjadi sesuatu pada mu.
“Arleta….aku pulang untukmu. Aku membawa mimpi yang dulu pernah kita rancang berdua, semoga kau suka. “gumamku sambil tersenyum mengenangmu.