Kamis, 13 Desember 2012

KOPI




Secangkir Kopi menandai adanya kehidupan di pagi hari. Menyambut mentari dengan diiringi kokok merdu si ayam jantan merupakan pertanda semua akan bermula di pagi ini.

Kita selalu melewati pagi bersama secangkir kopi yang ku buat. Cairan kental dan pahit itu memang selalu menyatukan aku dan dirirmu, melebur bersama hangatnya pagi ini. Kopi membuat kita tak pernah bosan pada pahit dan getir kehidupan. Bahkan kita memiliki cara yang berbeda untuk menikmatinya. Sederhana memang, tapi dengan dirimu disampingku yang sederhana itu bisa menjadi istimewa. 

Semoga esok masih bertemu pagi sambil menikmati secangkir kopi buatanmu, sebagai pertanda bahwa kita masih saling berbagi. 

 






Minggu, 02 Desember 2012

Like Roaller Coaster




Jika menurutmu kebahagiaan berasal dari materi dan cinta, maka kau mungkin akan merasa hidupmu berada dalam ketakutan bila salah satunya akan di ambil oleh Tuhan. Mereka hanyalah sebagian kecil yang bisa membuat kita bahagia. Karena hidup seperti naik roller coaster , kadang di bawah kadang di atas, kadang kau bisa memiliki segalanya, dan terkadang kau tak memiliki apa-apa.

Yang harusnya kau lakukan bagaimana menerima kehidupan ini dengan antusias, suka cita dan hati yang Ikhlas. Insya Allah, kebahagian akan selalu melingkupi kehidupan kalian. Jangan pernah menunggu memiliki pekerjaan bagus, rumah yang mewah, pasangan yang sempurna untuk menemukan kebahagiaan. 

Jika kau inginkan cinta maka berikanlah cinta, begitu juga dengan kebahagiaan, bahagiakan orang lain maka kau akan mendapatkan pula kebahagiaan. Karena bahagia itu sederhana, sesederhana melafalkannya.

Jumat, 28 September 2012

Pilihan



Hari ini terakhir saya bekerja di perusahaan yang telah banyak memberikan pengalaman berharga dalam hidup saya. Pada akhirnya saya memilih untuk berhenti bekerja demi suami dan keluarga baru saya. Apa yang saya lakukan ini, bukan Cuma sekedar pilihan karena apapun keputusanya pasti ada kadar dilema dan sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan. 

Hidup adalah pilihan, apapun pilihannya tidak ada yang salah. Salah dan benar tergantung dari cara kita berpikir dan cara pandang kita akan keputusan yang akan di ambil. Itulah jawaban saya, ketika sebagian banyak orang yang menyayangkan maupun kurang setuju dengan keputusan saya berhenti bekerja. Yah, awalnya saya sependapat dengan mereka, tapi Allah SWT telah membuaka hati dan pikiran saya, menunjukkan yang benar dan terbaik bagi saya dan keluarga. Itulah yang saya ikuti, InsyaAllah…ini adalah langkah awal kami untuk sesuatu yang lebih baik lagi.

Untuk rekan-rekan kerja saya………suatu perpisahan memang sulit untuk dihindari. Saya paham bahwa meninggalkan kapal terlebih dahulu, disaat semua awak masih sibuk melempar sauh dan sedang mencoba merapat ke dermaga adalah sesuatu yang mungkin kurang menyenangkan. Apalagi disaat tenaga kita sedang di butuhkan walau hanya sekedar untuk memegang sebuah dayung.Terima kasih atas kenyamanan bersama dengan kalian semua. 

Ada banyak pertanyaan beberapa teman yang belum sempat saya jawab, yaitu tentang “mau ngapain setelah berhenti kerja?”.
Tentu, saya akan sibuk dengan peran baru saya menjadi seorang Istri yaitu mengurus dan mendampingi suami.
“Apa tidak bosan?”
“Bosan?tentu tidaklah, sama suami sendiri kok bosan. Itu kan sudah menjadi tanggung jawab seorang istri”.
“Maksudnya, apa tidak bosan di rumah terus?”
“Tidak, selain mengurus suami, saya punya toko online dan membantu anak-anak tetangga mengerjakan PR dan memahami pelajaran yang sulit di sekolahnya”.
Intinya Jangan pernah ragu dalam membuat pilihan.

Selasa, 07 Agustus 2012

Tersenyum




Tersenyum, sebuah tindakan mudah, tapi terkadang membutuhkan banyak usaha untuk melakukanya. Padahal, dengan senyum akan dapat mencairkan susasana, mendinginkan hati , juga mengurangi jarak dan perbedaan.
Mengapa kita tidak tersenyum lebih sering?Apakah terlalu sulit untuk tersenyum?
Jawabannya terletak pada sikap kita terhadap kehidupan. Jika kita lebih menerima situasi dan bersyukur, maka kita akan dapat tersenyum lebih mudah.



Sabtu, 21 Juli 2012

Tuhan, Kau Dimana?



Pernah suatu hari aku bertanya “Apakah kebahagiaan hanya milik orang yang kaya?”.
Sedangkan orang tak punya seperti aku hanyalah merasakan kesedihan setiap harinya. Rasa lapar, juga di remehkan. Itukah yang dinamakan bahwa Tuhan itu Maha Adil?Dimana letak keadilan itu Tuhan?Hingga detik ini aku tak melihat keadilan itu ada.

“Tuhan, dimana Kau?” Hatiku menjerit dan tetiba aku merasa sekujur tubuhku terasa lelah, keputusasaan menyergap jiwaku.

Kata orang tempat Tuhan itu di atas sana, di langit, "Oh ya, benarkah DIA ada di sana?" tanyaku dalam hati lalu mendongakkan wajah menuju pada langit senja.
Senja kali ini datang bersama lembayung yang bersinar indah, kucoba bertanya pada langit, “Dimana Tuhan?”, namun tak juga kutemukan jawabannya.

Jika Tuhan Maha Mendengar, Kenapa Tuhan tak mendegar doa yang kupanjatkan?
Jika Tuhan Maha Melihat, Apakah Kau tahu apa yang kuinginkan saat ini?
Kau tahu khan, aku hanya ingin bisa makan setiap hari.

“Rebahkan kepalamu di pangkuan ibu, tidurlah nak,” ujaran ibu mengagetkan aku. Aku berbalik dan melihat wajahnya yang kuyu.
“Maafkan ibu nak, malam ini kita belum bisa makan.” Ujarnya lembut sambil mengusap punggungku dengan penuh kasih sayang.

Tetiba, sebuah mobil berhenti dihadapanku. Dari dalamnya keluar seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik walaupun dengan dandanan yang sedikit tebal. Dia menghampiriku juga ibu, raut mukanya seperti sedang sedih, entah apa yg ia pikirkan, aku tak tahu.
“Ini ada sedikit makanan juga pakaian hangat untuk kalian.” Ujarnya sambil menyerahkan kantong plastic berisi makanan dan pakaian.

Mata dan senyum ibu berbinar, “terima kasih nyonya atas kebaikan dan ketulusan hatinya, semoga Allah SWT membalas kebaikan nyonya.” Ucap ibu sambil menerima bungkusan itu.

Belakangan baru kuketahui, perempuan itu tinggal di salah satu perumahan elit dekat kolong jembatan tempat dimana aku dan ibu tinggal. Di rumah sebesar itu, Ia hanya tinggal sendiri, kedua orang tuanya, anak, dan suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil. Sedangkan dia sendiri harus kehilangan satu kakinya akibat kecelakaan mobil yang menimpa dia dan keluarganya.
Ah, Apa enaknya hidup sendiri di dunia ini, sepi, hampa, tak ada cinta di dalam rumah sebesar itu. Semua ini membuka mataku bahwa Tuhan itu Maha Baik, meski di rumah reot ini aku tinggal,  masih ada cinta Ibu yang sangat luar biasa untukku, menguatkan aku dari kesulitan hidup yang ada di depan mata. 

“Sekarang aku tahu, Tuhan itu ternyata adil.” Ujarku lalu tersenyum pada langit berbintang malam ini.

“Semoga, Kau mendengar semua keluhanku, Aku percaya Kau berada dekat denganku.” Ucapku lirih lalu berlalu dari tempatku, mengambil air wudhu, dan bergegas menuju masjid.





Sabtu, 07 Juli 2012

Cuma Naksir



Cuma Naksir, itu saja, tidak lebih. Karena Jauh di seberang sana seseorang menanti untuk hari pernikahanya denganku. 

Besok, aku tunggu di tempat biasa. Akan kutunjukkan suatu tempat yang belum pernah kamu lihat.”  Kamu tersenyum, turun dari mobilku, dan berlari menuju pekarangan rumahmu yang rindang. Semetara aku belum mengiyakan, kamu sudah meninggalkanku sendiri di dalam mobil, menyisakan rindu yang begitu dalam.
Entah kenapa melihat tingkah lakumu bahkan diammu membutku tersenyum lebar. Sedikit aneh memang, baru sebulan mengenalmu namun serasa setahun kita bersama. Kau selalu punya cara bagaimana membuatku bahagia. Tak pernah berhenti menguasi pikiranku. Itulah mengapa hingga selarut ini, mataku tak kunjung terpejam.
**
Matahari belum terbit bahkan embunpun belum sempurna membasahi rumput. Di langit bulan separuh menyisakan jejak sang malam, namun tak menyurutkan semangatnya untuk mengayuh sepeda, beriringan denganku menuju tempat yang akan kau tunjukkan padaku.
Aku mengikutimu, melewati perkampungan juga kebun strawberry milik pamanmu. Dan tetiba aku merasa dada makin berdebar hebat dan aliran darahku terhenti, saat senyummu memergokiku tengah mencuri pandang setiap gerak yang kamu lakukan. Aku memaksa memalingkan pandanganku, memaksa tengkuk yang mulai kaku,  karena tak henti-hentinya ekor mataku mengamatimu.
Kau tahu rasa ini apa, pun juga dengan diriku meskipun kita tak pernah berucap, namun mata tak akan pernah bisa berbohong.
“Ah, entahlah, yang kutahu, aku tak pernah merasa sebahagia ini,” pikirku.
Meski sudah lewat  jam lima , belum terlihat sedikitpun semburat fajar, pagi benar-benar masih buta. Setelah mele wati beberpa tanjakan, nafasku tersengal-sengal, tenagaku hampir habis mengayuh pedal-pedal. Kau menoleh ke arahku, tersenyum simpul sembari mengamati raut mukaku.
“Kamu capek?” Tanyanya sambil terus mengayuh sepedanya. Aku mengangguk pelan.
“Sedikit lagi, kita akan sampai setelah melewati bukit ilalang itu,” ujarmu merapatkan sweatermu sambil terus menerjang pagi yang berkabut.
 Di penghujung bukit ilalang akhirnya kita berhenti. Kita berada di ketinggian. Kamu berlari setelah menyandarkan sepedamu di bawah pohon kapas.
“Ayo, cepat sini!!!” pintamu. Aku tersaruk-saruk sambil mengatur nafas menujumu.
“Cepat, Sini!!!” ucapnya lagi.
“LIhat!!” kau menunjuk ke arah timur dan aku terkesiap menyaksikan semburat warna ungu bercampur merah jambu dan jingga di langit. Sungguh pemandangan yang sangat sempurna di mataku. Meskipun harus bagun pagi dan menempuh perjalanan yang sngat melelahkan, semua terbayar dengan cantiknya panorama alam yang bisa di nikmati.
Tak berapa lama kemudian, sebuah lingkaran merah menyembul perlahan-lahan, sepertiga lingkaran, setengah lingkaran, hingga membentuk satu lingkaran utuh berwarna kunging keemasan. Pagi ini adalah pagi terindah yang pernah ku miliki.
Langit menerang, dan aku masih saja terpaku menyaksikan keindahan alam yang tersaji secara sempurna di hadapanku. Ku lihat kau tersenyum puas padaku.
***

Pada suatu pagi yang kelabu, saat kamu sedang asyik dengan strawberry-strawberry di tangan dan keranjangmu. Pagi terakhir yang kumiliki bersamamu. Ya, bersamamu, berdua denganmu, tentu saja anugerah terindah dalam hidupku, kamu seperti matahari bagi bumi, hujan bagi musim kemarau. Kau akan jadi oase di padang pasir bagiku.
 “Besok, Aku akan kembali ke Jakarta,” ucapku sedikit terbata.
Kau mendongak ke arahku dan tersenyum padaku “Iya, kamu hati-hati ya?”.
Jeda beberpa detik “Jangan tunggu aku, tak tahu kapan harus kembali,” ujaranku membuatmu menghentikan kegiatanmu. Kau mengerutkan keningmu, pertanda tak mengerti dengan ucapanku.
Aku menunduk mengumpulkan kekuatan untuk mengatakan “Pernikahanku sebentar lagi, ” ucapku dengan suara sedikit tercekat. Dan kamu membeku mendengar perkataanku, lalu kulihat butiran air mengalir dari mata ke pipimu, kamu menangis.
Aku bisa apa?berteriak?menangisimu?atau haruskah aku menyalahkan rasa yang hadir tiba-tiba?
Tidak, karena di sana seseorang tengah menungguku untuk hari pernikahanya denganku.



Selasa, 12 Juni 2012

Love Our Planet





Global Warming, sebuah kalimat simple tetapi memiliki dampak besar terhadap kelangsungan hidup di bumi. Semua itu terjadi dan akan semakin memburuk selama kita masih bisa bernafas dan jantung kita berdegup. Setiap pagi saat berangkat ke kantor, kalian semua pasti sering mendapati kejadian berikut menemukan tebalnya asap-asap kendaraan yang meng-emisi gas CO dan Pb berbahaya bagi kesehatan kita. CO yang masuk dalam darah dan bergabung dengan Hemoglobin sehingga mengganggu fungsi utamanya dalam pengikatan Oksigen sedangkan Pb  merupakan logam berat yang membahayakan otak. Ditambah dengan asap dari industri terlontar ke udara, yang sanggup memecah lapisan ozon memperparah keaadan bumi, tempat tinggal kita.
Lubang lapisan ozon di antartika semakin menganga, mempersilahkan sinar UV masuk melalui lubang itu tanpa di filter terlebih dahulu. Tak lama ini seorang ilmuwan menemukan salah satu tanjung di antartika menghilang karena mencair. Hiii…membayangkan saja sudah sangat mengerikan.
Dengan adanya berita-berita di Televisi mengenai bencana alam banjir, Tsunami, Tanah Longsor, Badai yang melanda, harusnya kita sebagai manusia menyadari bahwa hal ini merupakan salah satu dampak dari perubahan keseimbangan lingkngan akibat pemansan global. Saat ini seakan bumi sedang marah pada manusia yang mengambil kekayaanya dengan serakah dan tidak bertanggung jawab. Penebangan liar hutan-hutan, pembuangan limbah ke sungai, pembalakan liar hutang mangrove merupakan beberapa contoh tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab.
Dari tulisan saya di atas, pertanyaan saya, “Dengan banyaknya isu lingkungan yang sering kita dengar, apa kontribusi kita terhadap bumi dan apa yang seharusnya kita lakukan?”
Sudahkan kita membuang sampah pada tempatnya?
Sudahkan kita melakukan penghematan energy  (mengurangi penggunaan BBM, Air, dll)?
Sudahkah kita menjaga dan melestarikan lingkungan kita, serta tidak melakukan perusakan lingkungan?
Bukan aku sok paham dan sok mengerti dengan masalah lingkungan, aku hanya ingin mengajak kalian semua ikut berupaya untuk menyelamatkan bumi kita. Aku sendiri mulai sadar pentingnya meningkatkan kepedulian kita terhadap lingkungan semenjak bergabung dengan komunitas pecinta lingkungan di kantorku, yang saat ini sedang gencar mengkampanyekan “GO GREEN” di lingkungan sekitar. So, ndak ada salahnya kan kalau aku juga melakukan kampanye di sini untuk mengajak kalian semua agar lebih peduli sama lingkungan sekitar. 
Kasihan bumi kita, Mulai sekarang buang sampah jangan sembarangan ya!!
Lebih baik naik kendaraan umum, jalan kaki, atau bersepeda (itung-itung olahraga) kalau jarak yang di tempuh tidak telalu jauh :D
Nanam pohon di rumah karena daun dari pepohonan dapat menyerap emisi CO2 dari pembakaran mesin.
Usahakan mengurangi penggunaan Plastik (kresek)
Terakhir, Ayo kawan berikan kontribusimu untuk bumi dengan melakukan hal-hal simple di atas!!! 


Selamat Makan Siang!!!

-Strawberry-

Minggu, 10 Juni 2012

Berhanti Bekerja Atau Menjadi Ibu Rumah Tangga



Tidak sedikit perempuan yang ingin menunjukkan eksistensi dengan berkarier, terutama di kota-kota besar. Pendapatan yang didapat setiap bulan merupakan salah satu kebanggaan dari seorang perempuan agar bisa disebut dirinya sebagai perempuan yang mandiri. Namun hal ini terkadang berbenturan dengan peran lain perempuan yang sudah terikat dengan pernikahan. Otomatis kewajiban dan peran perempuan menjadi berlipat. Terlebih jika sudah memiliki keturunan. Tak banyak perempuan yang mengaku mengalami dilema ketika harus memutuskan untuk tetap berkarier atau mengabdi menjadi istri dan ibu di dalam rumah. 

Seperti yang saat ini sedang ku alami, ketika tunanganku membahas mengenai kehidupan kami nanti pasca menikah. Dia memintaku untuk berhenti bekerja saja dan mengabdi menjadi istri dan ibu untuk keluarga baru kami kelak. Jujur saja aku sedikit shock atas permintaan tunanganku tersebut, bagaikan godam besar membentur kepalaku, sulit kupercaya keinginan itu meluncur dari lelaki yang Insyallah akan menikahiku sekitar tiga bulan lagi.

Kalau bicara tentang kodrat perempuan, memang benar sudah jelas di atur di dalam Agama kita bahwa sudah menjadi kewajiban seorang perempuan untuk mengabdi kepada suami dan bertanggung jawab penuh terhadap keturunannya. Dan bukanya aku ingin melanggar kodratku sebagai seorang perempuan. Tapi masalahnya, hal itu bukanlah perkara mudah untuk mengambil keputusan berhenti berkarier. Selain dibutuhkan kesiapan mental dalam menghadapai masa transisi dari dunia kerja ke dunia rumah, kehilangan pendapatan merupakan masalah yang perlu dipertimbangkan lagi.

Baiklah, aku akan menjelaskan satu per satu alasanku tersebut, mengapa aku belum mau meluluskan permintaannya saat ini.  Aku berharap tunanganku membaca tulisan ini, dan dia mengerti serta memahami kegalauan yang ada di dalam hatiku saat ini.

Bagiku, perempuan yang sudah terbiasa bekerja bertahun-tahun tidak mudah untuk begitu saja memutuskan menjadi ibu rumah tangga. Tak bisa dipungkiri lingkup dunia rumah tangga lebih sempit bila di bandingkan dengan lingkup dunia kerja. Didunia kerja, seseorang akan di tuntut untuk berinteraksi dengan begitu banyak orang dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Sementara dunia rumah tangga tidaklah demikian, umunya hanya berinteraksi dengan anak, pembantu, keluarga, dan tetangga saja.
Sebelumnya aku minta maaf, bukannya aku meremehkan pekerjaan seorang ibu rumah tangga, justru aku sangat menghargai sekaligus bangga jika ada seorang perempuan yang secara tulus dan ikhlas memutuskan untuk menjadi seorang Ibu Rumah Tangga saja. Menurutku tugas seorang ibu rumah tangga itu sangatlah mulia. Ini hanyalah pendapatku saja, sebuah pendapat yang mungkin salah karena hanya kulihat dari satu sudut pandangku saja, sudut pandang seorang perempuan yang belum pernah merasakan indahnya menjadi ibu rumah tangga.

Well, lanjut ke alasan pertamaku tadi, intinya aku hanya butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan setelah kita menikah nanti. Aku sudah terbiasa dengan berbagai macam aktifitas pekerjaan, maka butuh waktu untuk bisa membiasakan diri tanpa aktifitas di rumah, belum lagi aku akan merasa kesepian dan sendiri sementara suami bekerja. Perubahan kan butuh proses, jadi biarkan aku berproses dan menikmati peran baruku nanti.

Aku pernah meminta pendapat temanku yang dulunya juga pernah memiliki masalah serupa denganku. Ia megaku “Aku sempet bingung, stress, dan frustasi waktu memutuskan untuk berhenti dan total mengurus suami karena menghadapi perubahan yang cukup drastis dalam hidupku.”

Tentu dong Aku ndak mau seperti temanku itu, makanya aku harus benar-benar siap mental untuk urusan yang satu ini.

Sisi keuangan juga menjadi pertimbangan bagiku ketika aku memutuskan untuk berhenti bekerja setelah menikah nanti. Aku bekerja selama ini tentu untuk membantu keluargaku, Papaku hanya seorang pensiunan PT Kereta Api, tentu penghasilanya tidak sebanyak waktu masih aktif bekerja. Karena aku anak pertama dari dua bersaudara, maka akulah yang harusnya membantu perekonomian keluargaku. Ketika aku memutuskan berhenti, otomatis aku tidak memiliki pendapatan lagi, lantas bagaimana aku harus membayar rekening listrik, air, telpon, cicilan rumah  dan kebutuhan tak terduga keluargaku. Apa harus minta suami yang menanggung semuanya?

Bukan aku meragukannya dalam mencari nafkah, aku sangat yakin denganmu yang pekerja keras, dan aku percaya kau adalah lelaki bertanggung jawab yang pernah kukenal dalam hidupku. Aku bangga terhadapmu juga dengan pekerjaanmu, Aku hanya tak mau terlalu membebanimu dengan kebutuhan keluargaku, sementara kamu juga masih memiliki tanggungan adik yang masih sekolah. Kuharap dia, tunanganku mengerti akan alasanku ini.


Salah satu temanku ada yang menasehati, katanya “Kau kan bisa mencari tambahan pendapatan tanpa harus bekerja di luar rumah?Kau pandai memasak, dan kau juga canggih  berinternet, sekarang tidak sedikit perempuan yang memiliki bisnis online. Selain bisa menjaga mengurus anak dan suami kau bisa memiliki kegiatan juga penghasilan sendiri.”

Ya, itu memang benar, aku setuju dengan pendapat temanku itu, tapi kukatakan sekali lagi semua itu juga butuh proses dan modal yang tidak sedikit. Tidak mungkin langsung sukses, apalagi aku seorang pemula, tidak mempunyai pengalaman menjadi pengusaha. Harus banyak belajar dan membaca situasi di lingkungan baruku nanti untuk menentukan usaha apa yang kira-kira sukses di jalankan. Aku ndak mau grusa-grusu, perlahan tapi pasti. Aku sendiri sebenarnya juga tidak ingin selamanya bekerja dengan orang lain, aku punya mimpi untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Dari lubuk hatiku yang terdalam, sungguh aku tak ingin mengingkari kodratku sebagai perempuan. Ya, nanti akan aku buktikan setelah kita menikah, aku akan dengan senang hati dan ikhlas mengabdi pada suamiku. Kalaupun nanti aku masih tetap bekerja, percayalah, aku sadar akan kodrat dan kewajibanku sebagai seorang istri. Kau tak perlu khawatir akan hal itu, aku hanya butuh waktu untuk berproses.

Kebanyakan dari kaummu yaitu laki-laki sering berpendapat karena harta dan materi perempuan sering lupa akan kodrat dan sombong terhadap laki-laki. Ah, kau ini jangan menyama ratakan begitu, aku tidak sama seperti mantanmu yang konon katamu meninggalkan dan meremehkanmu lantaran kau di pecat dari perusahaanmu karena hampir bangkrut. Kau tak perlu khawatir, aku mencintaimu karena Allah SWT. Percaya aku, suatu saat keinginanmu itu akan kululuskan tanpa harus merasa terpaksa. Aku memang keras kepala, tapi tak sulit untuk meluluhkan hatiku.


Jika teman-teman punya pendapat dan pengalaman tentang masalah ini, boleh kok di share. Atau kalau pendapatku ini salah boleh di luruskan. Terima kasih. Salam Hangat.