Sabtu, 07 Juli 2012

Cuma Naksir



Cuma Naksir, itu saja, tidak lebih. Karena Jauh di seberang sana seseorang menanti untuk hari pernikahanya denganku. 

Besok, aku tunggu di tempat biasa. Akan kutunjukkan suatu tempat yang belum pernah kamu lihat.”  Kamu tersenyum, turun dari mobilku, dan berlari menuju pekarangan rumahmu yang rindang. Semetara aku belum mengiyakan, kamu sudah meninggalkanku sendiri di dalam mobil, menyisakan rindu yang begitu dalam.
Entah kenapa melihat tingkah lakumu bahkan diammu membutku tersenyum lebar. Sedikit aneh memang, baru sebulan mengenalmu namun serasa setahun kita bersama. Kau selalu punya cara bagaimana membuatku bahagia. Tak pernah berhenti menguasi pikiranku. Itulah mengapa hingga selarut ini, mataku tak kunjung terpejam.
**
Matahari belum terbit bahkan embunpun belum sempurna membasahi rumput. Di langit bulan separuh menyisakan jejak sang malam, namun tak menyurutkan semangatnya untuk mengayuh sepeda, beriringan denganku menuju tempat yang akan kau tunjukkan padaku.
Aku mengikutimu, melewati perkampungan juga kebun strawberry milik pamanmu. Dan tetiba aku merasa dada makin berdebar hebat dan aliran darahku terhenti, saat senyummu memergokiku tengah mencuri pandang setiap gerak yang kamu lakukan. Aku memaksa memalingkan pandanganku, memaksa tengkuk yang mulai kaku,  karena tak henti-hentinya ekor mataku mengamatimu.
Kau tahu rasa ini apa, pun juga dengan diriku meskipun kita tak pernah berucap, namun mata tak akan pernah bisa berbohong.
“Ah, entahlah, yang kutahu, aku tak pernah merasa sebahagia ini,” pikirku.
Meski sudah lewat  jam lima , belum terlihat sedikitpun semburat fajar, pagi benar-benar masih buta. Setelah mele wati beberpa tanjakan, nafasku tersengal-sengal, tenagaku hampir habis mengayuh pedal-pedal. Kau menoleh ke arahku, tersenyum simpul sembari mengamati raut mukaku.
“Kamu capek?” Tanyanya sambil terus mengayuh sepedanya. Aku mengangguk pelan.
“Sedikit lagi, kita akan sampai setelah melewati bukit ilalang itu,” ujarmu merapatkan sweatermu sambil terus menerjang pagi yang berkabut.
 Di penghujung bukit ilalang akhirnya kita berhenti. Kita berada di ketinggian. Kamu berlari setelah menyandarkan sepedamu di bawah pohon kapas.
“Ayo, cepat sini!!!” pintamu. Aku tersaruk-saruk sambil mengatur nafas menujumu.
“Cepat, Sini!!!” ucapnya lagi.
“LIhat!!” kau menunjuk ke arah timur dan aku terkesiap menyaksikan semburat warna ungu bercampur merah jambu dan jingga di langit. Sungguh pemandangan yang sangat sempurna di mataku. Meskipun harus bagun pagi dan menempuh perjalanan yang sngat melelahkan, semua terbayar dengan cantiknya panorama alam yang bisa di nikmati.
Tak berapa lama kemudian, sebuah lingkaran merah menyembul perlahan-lahan, sepertiga lingkaran, setengah lingkaran, hingga membentuk satu lingkaran utuh berwarna kunging keemasan. Pagi ini adalah pagi terindah yang pernah ku miliki.
Langit menerang, dan aku masih saja terpaku menyaksikan keindahan alam yang tersaji secara sempurna di hadapanku. Ku lihat kau tersenyum puas padaku.
***

Pada suatu pagi yang kelabu, saat kamu sedang asyik dengan strawberry-strawberry di tangan dan keranjangmu. Pagi terakhir yang kumiliki bersamamu. Ya, bersamamu, berdua denganmu, tentu saja anugerah terindah dalam hidupku, kamu seperti matahari bagi bumi, hujan bagi musim kemarau. Kau akan jadi oase di padang pasir bagiku.
 “Besok, Aku akan kembali ke Jakarta,” ucapku sedikit terbata.
Kau mendongak ke arahku dan tersenyum padaku “Iya, kamu hati-hati ya?”.
Jeda beberpa detik “Jangan tunggu aku, tak tahu kapan harus kembali,” ujaranku membuatmu menghentikan kegiatanmu. Kau mengerutkan keningmu, pertanda tak mengerti dengan ucapanku.
Aku menunduk mengumpulkan kekuatan untuk mengatakan “Pernikahanku sebentar lagi, ” ucapku dengan suara sedikit tercekat. Dan kamu membeku mendengar perkataanku, lalu kulihat butiran air mengalir dari mata ke pipimu, kamu menangis.
Aku bisa apa?berteriak?menangisimu?atau haruskah aku menyalahkan rasa yang hadir tiba-tiba?
Tidak, karena di sana seseorang tengah menungguku untuk hari pernikahanya denganku.



0 komentar:

Posting Komentar