Jumat, 09 Maret 2012

Sebuah Pertemuan Ajaib




Sungguh dia tak peduli berapa lama dia berdiri di pantai ini, pantai Dreamland. Dia begitu asyik menyaksikan ombak saling berkejaran, merasakan angin pantai yang membelai lembut rambut panjangnya. Dia sangat menyukai suara merdu laut yang mengalahkan musik terindah sekalipun. Di matanya selalu terpancar keceriaan dan keramahan ketika lalu lalang orang di sekitarnya menyapa.
Ayu nama gadis itu biasa di sapa oleh orang-orang di sekitar sini. Ia selalu menghabiskan sisa hari nya disini, di sebuah bale tempat dia terduduk manis menikmati keindahan pantai dreamland. Sesekali kulihat gadis itu menggoreskan penanya ke selembar kertas. Entah apa yang ia tulis di sana, mungkin saja tentang pantai, senja, atau apapun yang indah di sini.
 Ketika petang menjelma menjadi malam dan cahaya lampu di sekitar rumah penduduk menyala bagaikan kerlip bintang yang menghiasi langit, tiba-tiba awan-awan berarak memenuhi langit yang semula cerah. Senja belum usai tapi matahari sudah berhenti bersinar, perlahan suara merdu pantai tergantikan oleh suara petir yang memecah keheningan hingga membuat dirinya bergidik.
Tak lama setelah itu rinai hujan jatuh membasahi bumi yang lama kelamaan berubah menjadi derasnya hujan. Karen buru-buru berdiri, memberesi buku sketsa bersama alat lukis lainya kedalam tas ransel dan berlari kecil menuju Bale itu.
“Sial Hujan,” Umpat Karen membuat Ayu tersentak dan menatapnya dingin.
Karen tersenyum, “Hai, boleh aku ikut berteduh di sini?”  tanyaku pada Ayu dan hanya di jawab dengan sebuah anggukan kecil.
“Hujanya deras sekali ya,” Ucap Karen diiringi tatapan tajam penuh tanya di benak Ayu.
 “Kenalkan, aku Karen” Ucap Karen memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya kepada Ayu.
Ayu menatap Karen lama sekali “Kamu?” tunjukknya ke muka ku.
“Hmm…aku Karen, pelukis dari Jakarta.” Ucap Karen dan melanjutkannya dengan “Aku di sini sedang berlibur sekalian mencari inspirasi untuk lukisanku.”
“Aku Ayu,” ujar Ayu  lirih menjabat tanganku lalu menunduk.
“Ayu….kamu cantik seperti nama kamu,” Ujar Karen sontak membuat Ayu mendongak ke arahnya.
Karen mengeryit merasa ada yang salah dengan ucapannya  barusan hingga membuat gadis itu tersontak “Kenapa Ayu?, Maaf bila ada yang salah dengan ucapanku.”
Ayu seolah terhempas ke lorong waktu. Semua ini terasa De Javu. Ia mengenal adegan ini, tempat yang sama, hujan yang sama, ucapan yang sama dan nama yang sama.
“Enggak “, Ucap Ayu merasakan sebuah getaran hebat di balik dadanya.
“Ayu…kamu baik-baik saja khan?” Tanya Karen mencoba menyelami wajah Ayu.
 “Maaf Karen….Bagiku pertemuan ini terasa De javu,” Ujar Ayu.
“Oh ya?....dengan siapa Ayu?” Tanyaku sembari terkekeh mencoba mencairkan suasana.
“Namanya Karen Juga,” Jawab Ayu dengan mata berbinar.
Kali ini Mata Karen terbelalak, mau tak mau harus ikut terkejut dengan ujaran Ayu.
“Pertemuan yang ajaib Ayu,” Bisik Karen dan tersenyum.
Ayu tiba-tiba menangis. Butir demi buitr air mata jatuh membasahi pipinya.
“Ayu..kok nangis, kenapa?” Ujar Karen  panik melihat gadis itu menangis secara tiba-tiba.
“Nggak apa-apa Karen, aku hanya sedang lelah menunggu saja,” Ujar Ayu menyeka air mata, Lalu beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Karen sendiri yang termangu meratapi rintikan hujan yang terjatuh ke bumi.
Hujan sudah reda saat Karen hendak bangkit dari kursi kayu itu, namun langkahnya terhenti ketika melihat selembar kertas tergeletak di lantai Bale itu dan Karen memungut selembar kertas yang bertuliskan:
Dear Karen,
Sekarang aku tahu, aku bisa mencintaimu selamanya, menulis tentangmu selamanya, tapi aku tak bisa hidup dengan bayanganmu selamanya. Semua hanya masa lalu, khan? Aku harus melanjutkan hidup dan berhenti memikirkanmu, Tapi kamu harus tahu, bahwa aku akan selalu mencintaimu. Mengenalmu adalah keajaiban yang tak pernah terbayangkan, Seperti setahun yang lalu kamu pernah mengatakan padaku bahwa pertemuan kita adalah sebuah keajaiban.
Selamat tinggal
Ayu,

0 komentar:

Posting Komentar