Jumat, 06 Januari 2012

Kisah Gadis Buta Bersuara Emas


Sabtu siang, seperti biasanya aku sudah berada di stasiun wonokromo sejak jam 13.00 WIB menunggu kereta api gaya baru yang akan membawaku pulang ke rumah. Menunggu merupakan pekerjaan yang sangat membosankan tapi entah kenapa menunggu di stasiun wonokromo adalah sesuatu hal yang akhir-akhir ini slalu aku nantikan ketika akhir pekan tiba. 

Di stasiun yang tidak terlalu rapi dan bersih itu, awal mula aku sering memperhatikan gadis buta bersuara emas yang sering ngamen bersama ibunya. Suaranya merdu, berbagai lagu dari campur sari, dangdut, hingga pop ia kuasai. Semua orang di buatnya berdendang dari yang muda sampai yang tua ikut bernyanyi. Tak dapat aku pungkuri bahwa aku merasa sangat exited dengan sosok gadis buta itu. Bagaimana tidak? Di usianya yang masih tergolong belia dan keterbatasan fisiknya, tapi semangatnya menjalani hidup dapat menular kepada orang-orang yang ada di sekitar stasiun termasuk aku. Dari wajahnya slalu terpancar kebahagiaan, tak sedikitpun aku melihat guratan-guratan sedih di wajahnya.

Kereta yang membawaku ke kota kelahiranku tiba, saatnya aku berpisah dengan gadis buta itu. Masih ku ingat celotehnya di sela-sela pekerjaan ngamenya, gelak tawanya bersama sang ibu yang slalu mendampingi dia, menyuapinya, dan menuntunnya ketika berjalan,. Dalam perjalanan di atas kereta api gaya baru aku termangu mencoba membayangkan dan merasakan jika aku menjadi dia. Sulitkah, menjalani hidup seperti dia tanpa bisa melihat dan harus bernyanyi di depan banyak orang. 

Yah, mungkin bagiku sulit, namun bagi gadis itu mudah sekali karena memang itulah cara yang ia tahu untuk dapat terus bertahan menjalani hidup. 

Kisah gadis buta bersuara emas tersebut yang selalu menginspirasi saya untuk selalu bersyukur atas apa yang Tuhan berikan pada ku, memotivasi untuk menjadi lebih baik.

0 komentar:

Posting Komentar