Rabu, 30 Mei 2012

Senja



Suatu sore senja datang dengan lembayung jingga yang bersinar indah di langit. Semenjak kepergianmu nyaris setiap sore, terpekur aku sendiri menunggui datangnya senja sembari menguak semua alur cerita cinta kita, AKu melihat bayangan kita dulu. Berlarian di atas hamparan pasir putih, satu tanganmu menggenggam jemariku, dan tertawa pada hal-hal lucu yang kelucuannya hanya bisa dimengerti oleh kita. Di atas bebatuan itu kita terduduk,, menunggui datangnya senja sembari bercerita tentang kita, lalu memandang takjub pada senja di langit yang elok nan indah.

“Senja kali ini lebih indah dari biasanya khan Tom?” Tanyamu waktu itu menyandarkan kepalamu ke pundaku hingga hidungku di penuhi wangi rambutmu yang tertiup angin.
Aku tersnyum dan memeluk Senja dengan penuh rasa cinta. Bagiku Senja selalu sempurna, dia adalah sumber ketenangan bagiku.

Dan di sinilah aku sekarang hanya berusaha untuk menemukan lembaran kenangan bersamamu, hanya mencari kebaikan dalam perpisahan kita.

***
“Tom, andai cinta itu bisa memilih, kupilih kau untuk menemaniku seumur hidup.” Ujarmu dengan senyum getir di wajahmu.

“ Senja, tidak semua yang kau inginkan bisa kau miliki, kau masih ingat cerita tentang cinta laut pada senja?” sahutku sambil menatap rona keemasan di ujung sana.
Kau mengangguk perlahan.
“Laut tak akan pernah bisa bersatu dengan senja. Senja terlalu tinggi untuk bisa di raih. Kalaupun bisa, akan banyak yang terluka karenanya, sehingga laut memilih untuk mencintai senja dengan cukup menjaganya dari jauh.” Paparku.

“Lantas untuk apa cinta di cipta, jika pada akhirnya di paksa untuk di cabut dari hati kita masing-masing?” ujarmu menatapku dan aku memilih untuk diam membisu.
“Arghhh….dunia ini tak adil, Tom. Hanya karena perbedaan, kita harus berpisah.” Ujarmu kesal.

Aku mengerti kemarahanmu, tapi aku bisa berbuat apa untukmu Senja?Cinta kita adalah cinta terlarang, aku dan kamu terikat berlapis-lapis aturan dan perbedaan.

“Mengertilah bahwa perpisahan ini untuk kebaikan kita. Demi kita.” Jawabku berusaha tegar walaupun sebenarnya hatiku rapuh.

“Kau bilang aku adalah sumber ketenanganmu, dan kukatakan engkaulah semangatku, kita berdua saling membutuhkan, Tom.” Kali ini kau memalingkan wajahmu.

“Percayalah, dari dulu hingga sekarang kau masih menjadi sumber ketenangan bagiku,” sahutku.

“Mengapa hanya aku yg berusaha meraihmu, dan hanya aku yang menginnginkan kita, Tom?”
Suara itu dingin, seperti es yang menjalar ke seluruh tubuhku lalu membekukan hatiku. Aku tak sanggup berkata, bibirku terasa kelu, dan aku hanya tergugu memandang wajahmu.

“Semua itu omong kosong Tom, bahwa kamu memilih untuk meninggalkan aku demi kita, karena kamu terlalu mencintaiku untuk melihatku terskiti,” Kau mulai teisak.

“Tidak, kau memang tak menginginkan aku lagi Tom!!”

Senja, seandainya saja kau bisa lebih dalam melihat ke dalam hatiku, kau akan menemukan luka sayat akibat prasangkamu itu di sana. Kau boleh menyebut diriku pecundang, tapi perlu kau tahu aku melakukannya demi kita. Kita adalah laut dan senja yang saling melengkapi namun tak bisa bersatu.

0 komentar:

Posting Komentar