Suatu sore senja datang dengan lembayung jingga
yang bersinar indah di langit. Semenjak kepergianmu nyaris setiap sore,
terpekur aku sendiri menunggui datangnya senja sembari menguak semua alur
cerita cinta kita, AKu melihat bayangan kita dulu. Berlarian di atas hamparan pasir
putih, satu tanganmu menggenggam jemariku, dan tertawa pada hal-hal lucu yang
kelucuannya hanya bisa dimengerti oleh kita. Di atas bebatuan itu kita
terduduk,, menunggui datangnya senja sembari bercerita tentang kita, lalu
memandang takjub pada senja di langit yang elok nan indah.
“Senja kali ini lebih indah dari biasanya khan
Tom?” Tanyamu waktu itu menyandarkan kepalamu ke pundaku hingga hidungku di
penuhi wangi rambutmu yang tertiup angin.
Aku tersnyum dan memeluk Senja dengan penuh rasa
cinta. Bagiku Senja selalu sempurna, dia adalah sumber ketenangan bagiku.
Dan di sinilah aku sekarang hanya berusaha untuk menemukan
lembaran kenangan bersamamu, hanya mencari kebaikan dalam perpisahan kita.
***
“Tom, andai cinta itu bisa memilih, kupilih kau
untuk menemaniku seumur hidup.” Ujarmu dengan senyum getir di wajahmu.
“ Senja, tidak semua yang kau inginkan bisa kau miliki,
kau masih ingat cerita tentang cinta laut pada senja?” sahutku sambil menatap
rona keemasan di ujung sana.
Kau mengangguk perlahan.
“Laut tak akan pernah bisa bersatu dengan senja.
Senja terlalu tinggi untuk bisa di raih. Kalaupun bisa, akan banyak yang
terluka karenanya, sehingga laut memilih untuk mencintai senja dengan cukup menjaganya
dari jauh.” Paparku.
“Lantas untuk apa cinta di cipta, jika pada
akhirnya di paksa untuk di cabut dari hati kita masing-masing?” ujarmu
menatapku dan aku memilih untuk diam membisu.
“Arghhh….dunia ini tak adil, Tom. Hanya karena perbedaan,
kita harus berpisah.” Ujarmu kesal.
Aku mengerti kemarahanmu, tapi aku bisa berbuat
apa untukmu Senja?Cinta kita adalah cinta terlarang, aku dan kamu terikat
berlapis-lapis aturan dan perbedaan.
“Mengertilah bahwa perpisahan ini untuk kebaikan
kita. Demi kita.” Jawabku berusaha tegar walaupun sebenarnya hatiku rapuh.
“Kau bilang aku adalah sumber ketenanganmu, dan
kukatakan engkaulah semangatku, kita berdua saling membutuhkan, Tom.” Kali ini
kau memalingkan wajahmu.
“Percayalah, dari dulu hingga sekarang kau masih
menjadi sumber ketenangan bagiku,” sahutku.
“Mengapa hanya aku yg berusaha meraihmu, dan
hanya aku yang menginnginkan kita, Tom?”
Suara itu dingin, seperti es yang menjalar ke
seluruh tubuhku lalu membekukan hatiku. Aku tak sanggup berkata, bibirku terasa
kelu, dan aku hanya tergugu memandang wajahmu.
“Semua itu omong kosong Tom, bahwa kamu memilih
untuk meninggalkan aku demi kita, karena kamu terlalu mencintaiku untuk
melihatku terskiti,” Kau mulai teisak.
“Tidak, kau memang tak menginginkan aku lagi
Tom!!”
Senja, seandainya saja kau bisa lebih dalam
melihat ke dalam hatiku, kau akan menemukan luka sayat akibat prasangkamu itu
di sana. Kau boleh menyebut diriku pecundang, tapi perlu kau tahu aku
melakukannya demi kita. Kita adalah laut dan senja yang saling melengkapi namun
tak bisa bersatu.