Saat perjalanan
menuju rumah, suatu pesan masuk di HP ku “Aku sudah ada di rumahmu, cepat
pulang, aku tunggu kamu.” Membaca pesan yang di kirimkan oleh wanitaku tersebut
sempat membuatku sesak nafas untuk beberapa detik. Ingin menghindar, namun
taksi yang ku tumpangi sudah terlanjur berbelok memasuki pekarangan rumahku.
Dan seperti biasanya, kamu duduk di bangku kayu di bawah pohon mangga sambil
memainkan HP mu.
Setelah membayar
taksi, akupun turun.
“Hai…” sapamu
ketika melihatku turun dari taksi.
“Hai juga, ada
apa kau kemari?” Jawabku sembari mendaratkan tubuhku di bangku kayu tempatmu
terduduk.
“Aku ingin
berpamitan,” Ujarmu.
“Kau akan pergi
lagi?” Tanyaku sembari melepaskan sepatuku.
“Ya, tapi hanya
untuk sementara, bila urusanku di Jakarta sudah selesai aku pasti akan
kembali.”
“Pergilah…aku tak
akan menunggumu lagi!” Ujarku lalu menatap matamu lebih dalam.
“Aku janji, kali
ini aku pergi tak akan lama.” Ujarmu menatap mataku berusaha untuk meyakinkan
aku.
“Terserah kamu,
aku tidak akan pernah memaksamu lagi untuk berada di sini bersamaku.”
“Kau ini
kenapa?apa kau tak ingin aku kembali?” Ujar wanitaku memberikan guncangan kecil
di bahu kiriku.
“Memangnya aku
berkata begitu?tidak kan?” Jawabku.
“Katakan padaku,
sebenarnaya ada apa denganmu sayang?” Ujar wanitaku dengan suara manjanya.
“Kau pikir kau
ini siapa, kau seenaknya saja datang, mengambil hatiku, mempermainkan, lalu
pergi sesuka hatimu. Kau datang lagi, mengambil hatiku, mempermainkan , lalu
pergi semaumu. Aku lelah dengan semua ini, pergilah aku tidak akan menahanmu
terlalu lama di sini.”
“Maafkan aku
sayang, aku tidak bermaksud seperti itu!” Rengekmu.
“Aku tahu. Tapi
nyatanya kau lakukan itu semua padaku kan?Pergilah, bukan kah itu mau mu?”
“Tidak sayang,
sebenarnya aku masih ingin bersamamu di sini.”
Arghhhh….tadi
bilang mau pergi, sekarang bilang masih ingin bersamaku, bisa jadi sedetik lagi
mungkin kamu akan berkata lain. Jika ada orang plin plan di dunia ini itu pasti
kamu.
“Ijinkan aku
untuk kembali lagi nanti ya?”
“Maaf, aku tidak
bisa, aku lelah bermain-main denganmu.”
“Please…aku
mohon, tunggu aku sayang.” lagi-lagi kau menggelayutiku.
“Berhentilah
merengek!!! Sungguh, rengekkanmu itu begitu ampuh mencairkan hatiku yang sudah
membeku.” ujarku dalam hati.
Lalu aku teringat
pada nasehat seorang kawan kemarin saat di kantor.
“Kamu itu hanya
plan B saja buat dia, dia sudah punya plan A, dan selama plan A belum di
Approve maka dia akan terus menarik ulur kamu. Begitu plan A sudah Approve maka
kamu akan segera di singkirkan begitu saja.” begitu kata sahabatku.
“Aku benar-benar
tidak bisa, maafkan aku, sekarang pergilah!!!” tandasku mengakhiri pembicaraan
sore itu.